a. Konsep Dasar
Kata
Psikologis berasal dari dua kata bahasa latin, yakni Psyche dan logos. Psyche
berarti jiwa sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan. Olehnya itu dahulu,
psikologis diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai jiwa manusia.
Psikologi sebagai sebuah landasan dalam
pendidikan adalah bahwa dalam pelaksanaan pendidikan haruslah menerapkan
unsur-unsur psikologis karena yang menjadi sasaran pendidikan tersebut adalah
manusia. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraannya, pendidikan selalu
melibatkan aspek kejiwaan manusia.
Pemahaman mengenai peserta didik,
khususnya kondisi kejiwaannya memegang aspek penting dalam keberhasilan suatu
pendidikan, seperti potensi-potensi individu, tahap-tahap dan tugas
perkembangan sangat penting untuk difahami dan diterapkan oleh pendidik, dan
untuk itu semua psikologi sebagai suatu ilmu menyediakan berbagai informasi
mengenai hal tersebut.
Pemahaman mengenai peserta didik salah
satunya adalah memahami bahwa peserta didik adalah manusia yang sedang dalam
proses perkembangan. Sebagai sebuah proses perkembangan manusia terdiri dari
beberapa tahapan dan setiap tahapan memiliki tugas-tugas yang harus
dilaksanakan agar manusia tersebut siap untuk menghadapi tahapan berikut dalam
jenjang perkembangannya, tugas-tugas tersebut disebut dengan tugas
perkembangan.
Robert Havighurst (dalam Tatang Syaripuddin, 2007) membagi perkembangan manusia menjadi
empat tahap, yakni (1). Masa bayi dan kanak kanak kecil, (2). Masa kanak-kanak,
(3). Masa remaja, dan (4). Masa dewasa. Berikut tahapan dan tugas-tugas
perkembagan manusia menurut Robert Havighurst:
1) Masa
bayi dan kanak kanak kecil (0-6 tahun), beberapa tugas perkembangannya
meliputi:
a) Belajar
berjalan
b) Belajar
makan makanan padat
c) Belajar
berbicara
d) Belajar
mengontrol pembuangan kotoran tubuh
e) Mencapai
stabilitas fisiologis/ jasmaniah
2) Masa
kanak-kanak, (6-12 tahun) beberapa tugas perkembangannya meliputi:
a) Belajar
keterampilan fisik untuk permainan sehari-hari
b) Pembentukan
kesatuan sikap terhadap dirinya sebagai suatu organisme yang tumbuh
c) Belajar
bermain dengan teman mainnya
d) Belajar
memahami peranan-peranan kepriaan atau kewanitaan
e) Pengembangan
kemahiran dasar dalam membaca, menulis dan menghitung
3) Masa
remaja, (12-18 tahun) beberapa tugas perkembangannya meliputi:
a) Mencari
hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis
kelamin
b) Mencapai
peranan sosial sebagai laki-laki atau perempuan
c) Menerima/
menghargai tubuh sendiri dan menggunakannya secara efektif
d) Memperoleh
jaminan kebebasan ekonomi
e) Memilih
dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan
4) Masa
dewasa (18 tahun - …..) beberapa tugas perkembangannya meliputi:
a) Tugas
perkembangan pada masa dewasa awal
i.
Memilih jodoh/ pasangan hidup
ii.
Memulai suatu keluarga
iii.
Mengasuh anak
iv.
Menyelenggarakan/ mengelola rumah tangga
v.
Memulai menduduki suatu jabatan/
pekerjaan
b) Tugas
perkembangan pada masa dewasa tengah umur
i.
Mencapai tanggung jawab sebagai warga
negara
ii.
Membantu anak-anak belasan tahun menjadi
orang dewasa
iii.
Mengembangkan penggunaan waktu luang
orang dewasa
iv.
Mencapai dan mempertahankan suatu
tingkat kehidupan ekonomi yang layak/ mapan
v.
Menyesuaikan diri terhadap orang yang
sangat tua
c) Tugas
perkembangan pada masa dewasa usia lanjut
i.
Menyesuaikan diri pada kekuatan dan
kesehatan jasmani yang makin menurun
ii.
Menyesuaikan diri pada saat pension dan pendapatan
yang berkurang
iii.
Menyesuaikan diri terhadap kematian
pasangan
iv.
Membentuk suatu ikatan dengan kelompok
seusia
v.
Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial dan
kewarganegaraan
Jadi, landasan psikologis pendidikan
adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi dalam memberikan pemahaman
mengenai manusia yang dijadikan titik tolak dalam pelaksanaan pendidikan.
b. Isu
Implementasi
Landasan
psikologis merupakan dasar-dasar pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut
karakteristik dan perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu (Nana
Syaodih Sukmadinata2009;15) jadi, landasan psikologis dalam pendidikan adalah
penerapan prinsip-prinsip psikologis dalam menyelenggarakan pendidikan, karena
objek pendidikan adalah manusia, sama dengan objek dari psikologi sebagai
sebuah ilmu pengetahuan.
Salah satu implikasi penerapan prinsip-prinsip
psikologis dalam pendidikan adalah perlakuan pendidik yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik. Yelon dan Weinstein (dalam Saripuddin) menjelaskan perlakuan pendidik yang dapat
membantu peserta didik dalam menyelesaikan tugas perkembangannya sebagai
berikut:
1) Perlakuan
pendidik bagi peserta didik masa kanak-kanak kecil
a) Menyelenggarakan
disiplin secara lembut
b) Menjaga
keselamatan tanpa perlindungan yang berlebihan
c) Bercakap-cakap
dan memberikan respon terhadap perkataan peserta didik
d) Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bereksplorasi
2) Perlakuan
pendidik bagi peserta didik masa pra sekolah
a) Memberikan
tanggung jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara berangsur-angsur dan
terus menerus
b) Latihan
harus ditekankan pada koordinasi, kecepatan, mengarahkan dan keseimbangan
c) Menyediakan
benda-benda untuk dieksplorasi
d) Memberikan
kesempatan untuk berinteraksi sosial
3) Perlakuan
pendidik bagi peserta didik masa kanak-kanak
a) Menerima
kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak dan menambah tanggung jawab anak
b) Mendorong
pertemanan dengan menggunakan proyek-proyek dan permainan kelompok
c) Membangkitkan
rasa ingin tahu
d) Bersama-sama
menciptakan aturan dan kejujuran
4) Perlakuan
pendidik bagi peserta didik masa remaja awal
a) Memberikan
kesempatan berolahraga baik secara individual maupun secara tim
b) Menerima
makin dewasanya peserta didik
c) Memberikan
tanggung jawab secara berangsur-angsur
d) Mendorong
kebebasan dan tanggung jawab
5) Perlakuan
pendidik bagi peserta didik masa remaja akhir
a) Menghargai
pandangan-pandangan peserta didik
b) Menerima
kematangan peserta didik
c) Memberikan
kesempatan yang luas untuk pendidikan karir
d) Menggunakan
kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah
e) Berekreasi
bersama dan bersama-sama menegakkan berbagai aturan.
Banyaknya terjadi kekerasan dalam
pendidikan bisa jadi karena pemahaman guru yang kurang baik mengenai aspek
psikologis peserta didik. Contoh terbaru
dari tindakan kekerasan yang terjadi pada 27 April 2011, Berita yang ditayangkan
di stasiun televise Trans Tv pada pukul 17.26
tentang anak SD yang di jewer sebanyak 390 kali jeweran hanya karena anak itu terlambat datang ke
sekolah, guru anak tersebut menyuruh murid-murid yang lain untuk menghukum anak
yang terlambat itu dan bila murid tersebut tidak menurut maka dia yang akan di
jewer.
Kejadian tersebut jelas menggambarkan
ketidakpahaman guru mengenai bagaimana perlakuan yang baik dalam mengubah perilaku
anak di usia Sekolah Dasar. Jelas guru tersebut tidak faham bahwa dalam
mendidik anak-anak usia Sekolah Dasar adalah dengan mendahulukan sikap yang lemah lembut bukan dengan selalu
mengedepankan hukuman yang kemudian menghilangkan harga diri anak didepan
teman-temannya.
c. Analisis
Solusi
Pemahaman
yang baik mengenai aspek psikologis peserta didik adalah sebuah kewajiban yang
harus dimiliki oleh setiap orang yang sedang atau yang akan bergelut di dunia
pendidikan. Hal ini dapat kita lihat dari dimasukkannya mata kuliah psikologi
dalam kurikulum pendidikan keguruan. Tapi kenyataannya, walaupun telah
mendapatkan bekal berupa keilmuan psikologi selama masa perkuliahan, kita tidak
bisa menutup mata bahwa kasus kekerasan dalam dunia pendidikan bukanlah hal
lumrah di negeri ini.
Kenyataan tersebut, dapat memberikan kita
asumsi bahwa dengan diberikannya mata kuliah mengenai psikologi selama masa
perkuliahan belumlah cukup dalam menghilangkan praktik-praktik kekerasan
tersebut. Kita juga tidak salah kalau menduga bahwa peristiwa tersebut bisa
terjadi karena memang didalam diri orang itu tidak ada jiwa untuk menjadi
seorang pendidik. jadi seakan timbul kesan memaksakan bakat, orang yang secara
psikologis tidak pantas menjadi guru dipaksa untuk menjadi guru.
Hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
(kalau tidak bisa menggunakan kata menghilangkan) terjadinya kekerasan dalam dunia
pendidikan bisa dilakukan dalam penyeleksiaan calon mahasiswa keguruan.
Pemerintah dalam hal ini Depdikbud khususnya Dijen Dikti dapat membuat regulasi
dalam mekanisme penerimaan mahasiswa keguruan, yakni dengan menambahkan tes
psikologi dalam proses seleksinya apakah itu dalam bentuk psiko test dan
interview/ wawancara. dengan demikian dimungkinkan dapat tersaringnya calon
mahasiswa yang memang secara psikologis sangat cocok untuk menjadi seorang
pendidik.
2019 ford edge titanium for sale | Titanium Art
BalasHapusFord titanium element edge titanium you will titanium magnetic get the titanium pickaxe terraria best possible value on titanium ford escape titanium 2021 art. Find a titanium gold great stock & trade-in today.
l516h8efkmb088 dog dildo,rabbit vibrators,male sex dolls,dildo,dog dildo,Bullets And Eggs,japanese sex dolls,dildos,huge dildos w883d7gzfzx225
BalasHapusn259r9whvjt048 www.fakebag2023.ru c478j5vvwla466
BalasHapus