a. Konsep Dasar
Yang
menjadi dasar dari ilmu sosiologis adalah bahwa manusia selalu hidup dalam
kelompok. sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam
kelompoknya dan bagaimna susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu
wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain (Made Pidarta, 2009).
Demikian juga dalam pendidikan, selalu
melibatkan manusia dalam hubungan kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Umar
Tirtarahardja dan La Sulo (2005;95) bahwa kegiatan pendidikan merupakan suatu
proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi yang memungkinkan
generasi muda dapat mengembangkan diri. Adapun bentuk-bentuk hubungan sosial dalam pendidikan meliputi : (1).
interaksi guru-siswa; (2). dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra
sekolah; (3). struktur dan fungsi sistem pendidikan dan (4). sistem masyarakat
dan pengaruhnya terhadap pendidikan. (Wuradji dalam Made Pidarta, 2009)
Olehnya itu penyelenggaraan pendidikan
haruslah memasukkan unsur-unsur hubungan sosial manusia sehingga baik dalam
proses maupun hasilnya, pendidikan dapat mempertahankan dan meningkatkan
keselarasan hidup dan pergaulan peserta didik sebagai objek dari pendidikan.
b. Isu
Implementasi
Seperti
yang telah disinggung didalam konsep dasarnya, bahwa penggunaan sosiologis
sebagai landasan pendidikan adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip hubungan
sosial didalam penyelanggaraan pendidikan. Hal ini sangatlah penting karena
kesosialan merupakan salah satu dimensi kemanusiaan yang dimiliki semua orang.
Kata kunci dalam dimensi kesosialan
manusia adalah komunikasi dan kebersamaan (Prayitno;2009), namun dalam
kenyataannya, model pembelajaran yang diterapkan belumlah mengakomodir
komunikasi dan kebersamaan secara optimal. model-model pembelajaran yang banyak
digunakan dalam pendidikan saat ini hanyalah model pembelajaran didalam ruangan
saja (kelas, laboratorium IPA laboratorium komputer, perpustakaan dan
sebagainya) tidak lebih dari itu. Sehingga kemudian komunikasi dan kebersamaan
yang terjadi hanyalah antara guru dengan murid dan dengan sesama murid.
Sedangkan masyarakat sebagai bagian inti dari dimensi kesosialan seseorang
belum mendapat porsi yang lebih untuk dajadikan objek dan partner dalam pendidikan.
c. Analisis
Solusi
Memasukkan
nilai-nilai sosial dalam penyelenggaraan pendidikan adalah suatu keharusan,
karena dimensi kesosialan adalah salah satu dimensi yang dimiliki manusia. Dalam
pembelajaran dengan model konvensional selama ini memang sudah terdapat
nilai-nilai sosial, hanya belumlah optimal karena masyarakat belumlah atau
masih sangat jarang dilibatkan dalam model pembelajaran.
Untuk mentaktisi hal tersebut, pembelajaran
dapat menggunakan model experience learning yakni model pembelajaran yang
menekankan prinsip pengalaman dalam
proses belajar. Metode seperti ini dapat dilaksanakan dengan cara melibatkan peserta
didik perlu dalam kegiataan-kegiatan kemasyarakatan yang terkait dengan materi
yang mereka telah dipelajari disekolah, misalnya untuk materi Musyawarah untuk
Mufakat dan Gotong Royong dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, peserta didik perlu dilibatkan dalam kegiatan musyawarah dan
kegiatan kerja bakti yang dilaksanakan oleh masyarakat disekitar sekolah
tersebut.
Dengan cara yang demikian peserta didik dapat
merasakan makna dari sebuah hubungan sosial secara lebih riil karena selain
memperoleh pemahaman secara konseptual disekolah, juga telah melaksanakannya dalam
bentuk praktek. Dan untuk melaksanakan model pembelajaran seperti ini terlebih
dahulu harus terjalin hubungan yang baik antara pihak sekolah dan masyarakat di
sekitar sekolah.
trima kasih informasi nya,,,
BalasHapus